Mencari Visi dan Misi Hidup
Malam ini aku menangisi diri
sendiri. Untuk kesekian kalinya aku merasa tidak berguna, tidak ada yang bisa
diharapkan apalagi dibanggakan dari diri yang bodoh dan hina ini. Diri yang
selalu ingin bergantung pada orang lain. Diri yang selalu marah dan berontak
ketika keadaan sekitar tak sesuai dengan apa yang diinginkan dan disukai. Diri yang
hanya bisa memperhatikan dan mengomentari dengan iri dan dendam pada hidup
orang lain, pada apa yang telah dicapai orang lain. Diri yang tidak mempunyai
tujuan hidup. Menyedihkan sekali.
Jadilah seseorang yang selalu
menginginkan apa yang dimiliki orang lain. Barang-barang, kedudukan, jabatan
dan lain-lain. Namun diri ini selalu merasa tak punya kekuatan untuk bersaing. Jadilah
seseorang yang mudah menyerah, mengalah dan membiarkan diri apa adanya menerima
keadaan. Dan malah tertawa ketika melakukan kesalahan. Dasar bodoh.
Memang beberapa kali aku pernah
memiliki prestasi, tapi entah mengapa aku merasa hampa dengannya. Untuk apa
prestasi-prestasi itu jika hanya untuk kesenangan dan kebanggaan sesaat dan aku
tetap tidak punya tujuan hidup?
Teringat salah satu episode
kehidupan di masa lalu. Perekrutan anggota OSIS di SMA. Diri ini ingin sekali turut
ambil bagian, menjadi anggota kerohanian islam (entah dulu namanya apa, lupa).
Tiba saatnya seorang bodoh ini diwawancarai oleh kakak kelas (yang waktu itu
menjabat sebagai ketua OSIS dan didampingi oleh kawan2nya), di ruangan
perpustakaan sekolah.
Dengan wajah polos, tangan dingin
dan kaki gemetaran.
Kakak kelas : “Nama kamu siapa
dek? Dari kelas berapa?”
Aku : “Nama saya Bhilda Maulida
dari kelas XI IPA 3 kak.”
Kakak kelas : “Kamu ingin jadi
anggota OSIS di bagian apa?”
Aku : “Saya ingin jadi anggota
kerohanian islam kak.”
Kakak kelas : “Apa visi dan misi-mu
jika kamu terpilih sebagai anggota kerohanian islam?”
Aku : “……………..”
Aku hanya bisa diam. Tak pernah
terpikir sebelumnya aku akan ditanyai seperti ini. Bahkan aku juga belum
mengerti apa sebenarnya yang dimaksud dengan visi dan misi.
Di episode yang lain, ketika aku
sudah memasuki masa-masa kuliah. Alhamdulillah senang sekali rasanya. Organisasi
kerohanian islam (ROHIS) di kampus ini mewajibkan seluruh taruna-taruni muslim
tingkat 1 untuk mengikuti kegiatan ROHIS.
Waktu itu malam hari, dalam acara
Dauroh Marhalah. Kakak senior menanyai kami dan kami disuruh menuliskan
jawabannya di selembar kertas.
Dari mana kalian?
Untuk apa kalian disini?
Mau kemana kalian?
Ingin tahu jawaban apa yang saya
tuliskan di selembar kertas itu? Saya jawab bahwa saya dari Sampit (asal daerah
saya), saya disini untuk kuliah, lalu saya bingung harus bagaimana menjawab
pertanyaan ketiga.
Dan saya malu ketika mendengar
jawaban teman yamg disuruh membacakannya di depan. Saya merasa semakin bodoh. Sesempit
ini pikiran saya. Ternyata pertanyaan sederhana ini sangat penting sekali.
Kita ini berasal dari Allah
Kita disini untuk beribadah kepada Allah
Dan setelah ini kita akan kembali kepada Allah
Seperti itulah mestinya seorang
muslim memandang hidup ini. Tentang visi dan misi hidup, saya harus
memikirkannya kembali, agar saya lebih bersemangat dan tidak menangis bodoh
lagi seperti malam ini.
Komentar
Posting Komentar