Maaf, saya putuskan untuk beralih ke buku lain!

sumber gambar : klikmania.net

Ada berbagai macam tipe pembaca buku. Ada sebagian orang yang betah berlama-lama duduk dengan satu buku, nikmat sekali sepertinya. Buku dengan tebal 500 halaman mampu dihabiskan dalam waktu kurang dari satu minggu. Ada pula sebagian orang membaca satu buku saja tidak selesai-selesai atau memang sengaja menunda menyelesaikannya. Sebagian yang lain, belum habis membaca separuh isi buku sudah ingin beralih ke buku yang lain. Sebagai pembaca, saya pernah mengalami hal tersebut. Yaa, meski kemampuan membaca saya belum sampai 500 halaman dalam waktu seminggu juga sih, hehee. Berikut alasan mengapa saya tidak selesai membaca satu buku dan memutuskan untuk beralih ke buku lain.


sumber gambar : berutzstore.com
1. Alur yang membingungkan

Sebuah novel tentu memiliki alur, dan setiap penulis novel tentu punya trik masing-masing bagaimana mengolah alur cerita agar novelnya menjadi semakin menarik. Nah, saya sempat menunda membaca sebuah novel karena bingung dengan alurnya. Setelah dua tahun lamanya, saya mencoba kembali membaca novel tersebut dari awal, disitu barulah saya mengerti jalan ceritanya. Saya menemukan hal menarik dari novel tersebut setelah membaca separuh cerita. Akhirnya saya dapat menyelesaikan novel tersebut meski tertunda dua tahun sejak dibeli.


sumber gambar : magazine.job-like.com
2. Bahasa Asing

Saya pernah mencoba membaca novel berbahasa inggris, niatnya ingin belajar supaya terbiasa membaca tulisan berbahasa inggris. Namun karena kosakata bahasa inggris saya yang masih kurang, saya merasa lelah jika setiap menemukan kosakata baru harus membuka kamus terlebih dahulu, walaupun kamusnya di gadget atau pakai Google Translate. Mungkin jika ingin terbiasa membaca tulisan berbahasa inggris, bisa belajar dari bacaan yang ringan dulu, seperti short story misalnya. Kalau untuk novel, karena termasuk karya sastra jadi bahasa yang digunakan juga bahasa sastra, nggak umum.


sumber gambar : ngakakonline.id
3. Terjemahan yang kaku

Selanjutnya, saya pernah membaca buku terjemahan yang membahas tentang pengendalian stres. Lalu apa yang saya dapatkan? Semakin saya membaca buku tersebut justru saya merasa semakin pusing dan stres. Menurut saya bahasa terjemahannya terlalu kaku, kurang luwes, tidak mengalir, sehingga sulit untuk saya pahami. Jadi pengen baca versi bahasa aslinya aja. Huuaahh, padahal baca novel berbahasa inggris juga nggak sanggup, wkwkwkw.
Hhmm, menjadi seorang penerjemah itu ternyata tidak mudah yaa. Selain harus punya kemampuan bahasa asing, juga harus punya keterampilan menulis, kalau nggak yaa siap-siap bukunya bernasib sama kayak buku yang nggak selesai saya baca itu.

 
sumber gambar : lektur.id
4. Kata-kata teknis

Terakhir, saya tertarik dengan satu buku karena melihat judulnya. Sepertinya sangat cocok dan bermanfaat untuk saya. Buku itu tentang trik agar anak suka belajar. Bab pertama dan kedua masih cukup menarik dan masih bisa saya mengerti. Masuk pada bab ketiga, saya mulai tidak mengerti karena muncul istilah-istilah yang sangat teknis terkait metode yang disampaikan penulis. Istilah-istilah teknis itu mungkin bisa dipahami oleh pembaca yang sudah pernah belajar metode itu, sedangkan saya masih sangat awam. Hhmm, bagaimana saya bisa menerapkan trik yang diberikan jika memahami maknanya saja saya tidak mampu?


Ya, daripada saya menghabiskan waktu dan energi, lebih baik saya membaca buku yang lebih menarik dan lebih mudah saya pahami. Untuk apa dipusingkan? Hehehe..


Teman-teman apakah pernah memutuskan untuk berhenti membaca satu buku dan beralih ke buku lain seperti saya? Kenapa? 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Resensi Buku #4] Si Anak Spesial

[Resensi Buku #7] Cinta Semanis Kopi Sepahit Susu

[Resensi Buku #5] Trilogi Soekram