Kepala Polisi Dapur

Gambar terkait
Pernah denger istilah seorang istri di rumah itu bertindak sebagai kapolda alias Kepala Polisi Dapur? Aku sempat merasa sama sekali bukan aku, semenjak kehadiran ART. Sempat bersikap bodo amat sama dapur, "Ah buat apa ngurusin dapur, dapurku sudah diambil alih sama orang lain kok." Saking cueknya aku sempet yang sampai gak ngerti lagi posisi pisau dan talenan di mana, posisi panci buat masak mie di sebelah mana. Sampai gak tau bedain mana serbet yang buat bersihin meja sama yang buat bersihin kompor. Bodo amat si mbak mau ngapain di dapur. Apalagi aku dan suami bukan tipe orang yang pilih-pilih makanan, jadi terserah si mbak mau masak apa. Yang penting aku asik sama baby kalo lagi di rumah.

Tapi walaupun sudah diserahkan sepenuhnya seperti itu, si mbak tetep aja tiap hari bolak balik nanyain besok mau makan apa? Sayurnya mau dibikin apa? Sayur sop, bening apa tumis? Lauknya mau ikan, ayam, tempe apa telor? Kalo ayam mau digoreng atau diapain? Halah, males tiap hari denger mbaknya nanyain gitu terus. Mana kadang nanyanya suka gak tau sikon dan mood kita pula. Hahaha..

Nah, alhamdulillah seminggu ini gak terdengar lagi pertanyaan-pertanyaan seperti itu. Aku mulai membuat jadwal menu yang ku tulis di sticky note dan ditempel dekat kulkas. Sudah dua kali aku membuat jadwal menu itu. Aku lebih suka membuat jadwal menu setelah belanja di pasar desa. Dengan berdiskusi sama si mbak, aku mengatur menu sesuai dengan masakan apa yang ingin ku makan disesuaikan juga sama lauk dan sayur yang sudah di beli. Misal kamis pagi aku beli 4 macam lauk : cumi, udang, ikan pari asap, dan ikan banyar. Beberapa macam sayur yang ku beli : wortel, labu siam, sawi putih, bayam, cabe ijo. Jadwal menu yang ku buat jadi seperti ini :

Jum'at : ikan pari santan + rebusan bayam dan labu siam
Sabtu : Sayur bening bayam + cumi balado ijo
Minggu : Nasi kuning + mie goreng + sambel goreng tempe + telor masak merah
Senin : Sayur sop + pepes ikan banyar
Selasa : Capcay + udang goreng tepung

Selain sesuai dengan keinginan, jadwal menu juga disusun berdasarkan tingkat ketahanan bahannya di kulkas. Sayur berdaun hijau semisal bayam kalo kelamaan di kulkas bisa layu, sayang kan kalo udah dibeli tapi gak jadi dimakan dan harus dibuang gitu aja. Jadi, bahan makanan yang gak tahan lama harus didahulukan. Sedangkan untuk menu yang bahannya gak ada pas aku belanja di pasar, si mbak tinggal nunggu penjual sayur keliling untuk melengkapinya. Kalo bisa semua bahan sudah siap minimal satu hari sebelum di masak. Tenang pemirsah, tadi sore aku udah beli telor ayam kok buat menu besok.

Dengan adanya ART dan sedikit mengubah cara pandangku terhadapnya, sedikit banyak membuatku jadi belajar tentang manajemen, termasuk manajemen dapur seperti ini. Ya, ibarat sebuah perusahaan, rumah tangga kami adalah perusahaan kecil yang mempunyai satu orang karyawan, dimana aku berperan sebagai manajer dan suamiku sebagai direkturnya. Kalo manajernya cuek yaa jangan salahkan menu makannya jadi membosankan. Jangan ngeluh kalo si mbak masaknya tumis lagi.. tumis lagi.. Tapi tidak, aku tidak akan cuek lagi. Sekarang aku sudah merasa jadi kapolda, Kepala Polisi Dapur yang sesungguhnya. Hahaha..






#belajarnulis #KelasMenulisSkoper

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Resensi Buku #4] Si Anak Spesial

[Resensi Buku #7] Cinta Semanis Kopi Sepahit Susu

[Resensi Buku #5] Trilogi Soekram