Day 19 of 30 Nulisyuk Batch 36


Sidoarjo, 29092019
Bismillahirrahmanirrahim.
Bingung mau nulis apa. Baru abis baca, sedih ceritanya. Cerita tentang pengorbanan seorang ibu. Sebagai seorang ibu baru, masih muda, aku belum ada apa-apanya dibanding ibu yang ada dicerita itu. Apalagi dibandingkan ibuku atau ibunya suamiku. Dan aku? Sebagai anak, bakti apa yang sudah ku lakukan? Belum genap baktiku pada ibuku, aku sudah mengalihkan baktiku kepada seorang lelaki yang ku sebut dia suami.

“Jangan pernah membenci mamak kau, Burlian. Jangan pernah. Karena jika kau tahu sedikit saja apa yang telah ku lakukan demi kau, Amelia, Kak Pukat, dan Kak Eli, maka yang kau tahu itu sejatinya bahkan belum sepersepuluh dari pengorbanan, rasa cinta, serta rasa sayangnya kepada kalian.”
- Kalimat bapak kepada Burlian -
- Si Anak Spesial, Tere Liye -

Astaghfirullah.. Ampuni aku ya Allah. Ampuni aku. Dulu aku pernah membenci Mama dan Abah. Bahkan kebencian itu ku tuliskan dalam diary-ku, dulu. Tanya saja pada Mas Bojo, dia pernah membacanya. Dasar aku, yang waktu itu masih bocah, tidak mengerti apa-apa tentang orangtua. Demi berharap perhatian dari orangtua, aku sampai menuliskan kebencian itu. Ampuni aku ya Allah, masih adakah kesempatan bagiku untuk menebusnya? Aku menyesalinya ya Allah.
Mama, setelah aku dewasa, baru aku tau kalo sebenarnya mama punya penyakit yang berbahaya, yang bisa kambuh kapan saja. Ya Allah, saat aku masih bocah, aku benar-benar tidak tau akan hal itu. Aku dulu hanya bisa menyusahkan mama, hanya bisa menambah beban pikiran mama. Tapi mama tidak pernah menunjukkannya padaku. Mama kuat, mama hebat. Ya Allah angkatlah semua penyakit mama ya Allah, berikanlah ia kesehatan dan fisik yang kuat ya Allah.
Abah. Gimana kabarnya? Ah, aku tidak tau lagi harus menuliskan apa. Yang ku tau malam ini yang kurasakan hanyalah rinduuuuu.. Kenapa? Kenapa baru sekarang aku merasakannya? Kemana saja aku dulu? Terlalu sibuk dengan duniaku sendiri. Terlalu sibuk mencari orang lain yang lebih perhatian. Padahal Abah dan Mama lah yang paling mengerti aku. Maafkan aku ya Ma. Maafkan aku Abah. Aku tau rasanya, teknologi canggih bernama video call tidak akan pernah cukup untuk memuaskan rasa rindu. Pertemuan secara fisiklah yang paling mengobati rindu. Ya Allah, lancarkanlah rencana kami untuk bertemu kedua orangtuaku di penghujung tahun ini ya Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Resensi Buku #4] Si Anak Spesial

[Resensi Buku #7] Cinta Semanis Kopi Sepahit Susu

[Resensi Buku #5] Trilogi Soekram