[Travelogue #1-1] Bima NTB - Jalan Raya Tepi Pantai dan Lapangan Serasuba

Bima, 10112019

Jalan raya tepi pantai, Mengejar Kambing di Lapangan Serasuba, Museum Asi Mbojo, Kereta Kuda Benhur dan pak Kusirnya, Kondangan Sahabat, Bayiku di Bima, Salome Goreng dan Oha Santa Pejo, Warung Sasak Tulen.

Ternyata banyak hal yang bisa diceritakan dari perjalanan selama 3 malam di Bima. Tidak ada niat untuk berwisata ke sini, tujuan kami hanya untuk menghadiri acara pernikahan Sahabat.

***

Dari Bandara M. Salahuddin Bima, kami dijemput kedua calon pengantin dengan Toyota Yaris putih melewati jalan raya tepi pantai. Sepanjang perjalanan di sisi kiri terlihat pantai yang sangat panjang berkelok-kelok, di sisi kanan bukit-bukit dengan pohon-pohon kering. Jalan raya beraspal itu mengikuti bentuk pantainya.

"Mau jalan-jalan kemana aja kak?"

"Belum tau nih mau kemana, enaknya kemana ya? Kalo pantai dimana yang bagus?" Jujur, sampai pertama kali menginjakkan kaki di Bima, kami memang belum mengatur jadwal kegiatan selama di sini, karena niatnya cuma mau kondangan.

"Jangan pantai Kalaki sini deh kak, gak ada apa-apanya. Tapi agak sorean kalo mau jalan-jalan di pantai biar gak panas." Ya, terik matahari memang terasa panas di sini, kurang lebih Surabaya sih, atau lebih panas ya?

***
Pagi pertama di Bima.
Selesai sarapan, malas balik ke kamar yang harus naik tangga di lantai 2, mau ke museum tapi belum buka. Kami pun memutuskan untuk menunggu sambil menikmati pagi di lapangan Serasuba. Kalo malam banyak pedagang menggelar lapak di sini, kalo siang ya lapangan biasa. Pagi itu kami bertemu seekor induk kambing dan 3 ekor anaknya sedang makan rumput di pinggir jalan. Bayiku antusias sekali karena belum pernah melihat kambing. Di Bima, hewan ternak memang biasa dilepas begitu saja, dibiarkan berkeliaran di tempat umum. Ku biarkan bayi 15bulan-ku berlari mengejar kambing. Lucu sekali. Anak-anak kambing itu berlari mengejar ibunya, ingin menyusu, dan bayi-ku mengejar kambing-kambing itu sampai ke tengah lapangan.

***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Resensi Buku #4] Si Anak Spesial

[Resensi Buku #7] Cinta Semanis Kopi Sepahit Susu

[Resensi Buku #5] Trilogi Soekram