Day 26 of 30 Nulisyuk Batch 36


Sidoarjo, 06102019
Bismillahirrahmanirrahim.
“Mas, liat deh, bagus gak?” si istri nunjukin gambar tas dari aplikasi belanja online di hape.
“Kenapa emangnya?”
“Mentang-mentang punya bayi, masa kemana-mana bawanya tas bayi terus? Pingin aku tas kayak gini, seneng aku liatnya.”
“Gak ada duitnya, kan kemaren baru abis beli kebaya.”
“Kan masih ada duit di atm-ku”
“Ya jangan gitu lah, kan udah diatur.”
“Yaudah gak usah.”
Si istri ngambek. Malas ngomong. Kenapa? Duit istri kan duitnya sendiri? Kenapa gak boleh belanja buat dirinya sendiri? Kenapa? Apa karena suaminya yang punya wewenang penuh mengatur duit keluarga, lalu si istri benar-benar gak boleh pake uangnya sendiri untuk hal yang diinginkannya?

Ayolah bu, sebagai seorang istri, janganlah bertingkah egois. Untuk apa tas itu? Sebegitu pentingnya kah? Coba lihat di lemari, tas sebanyak itu apa dipake semua? Oh, dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Hanya karena sebuah tas bisa menjadi masalah antara suami istri. Ya walaupun sang suami sepertinya tidak mempermasalahkan. Tapi sang istri hanya bisa menangis sendiri di kamar. Kenapa sampai sebegitunya? Itu cuma tas bu, bukan hal penting. Kamu mau pakai tas apapun di acara wisuda adik iparmu nanti, tidak akan ada yang peduli.
Ayolah, lupakan saja tentang tas itu. Lupakan. Lupakan semua yang kamu inginkan. Ingat teori konspirasi? Semua ini hanyalah dunia yang fana, kesenangan sesaat. Food, fun and fashion. Semua hal di dunia ini sengaja dibuat menarik hanya untuk menguntungkan kelompok orang tertentu. Untuk menjauhkan diri kita dari agama, dari alqur’an.

Dari Abu Sa”id Al Khudri, ia berkata: “Rasululah bersabda: “Sungguh kalian akan mengikuti jejak umat-umat sebelum kalian, sejengkal demi sejengkal, sehingga kalau mereka masuk ke dalam lubang biawak, niscaya kalianpun akan masuk ke dalamnya.” Mereka (para sahabat) bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah kaum Yahudi dan Nasrani?” Sabda beliau: “Siapa lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

[Resensi Buku #4] Si Anak Spesial

[Resensi Buku #7] Cinta Semanis Kopi Sepahit Susu

[Resensi Buku #5] Trilogi Soekram